Rabu, 25 Desember 2013

cerpen menghanyutkan

Bernafas tanpa henti
Biasanya setiap akhir bulan , aku , ibu , dan adik -adik menunggu kedatangan ayah dari kota Bandung dengan wajah riang , tapi tidaak untuk kali ini . Kami menunggu beliau  penuh  rasa cemas  dan khawatir. Karena saat itu, ibu ku sakit dan tak kunjung sembuh . Kami berharap ayah akan datang malam itu juga . Harapan kami terkabul , dari belakang pintu muncul sosok yang familiar dan dugaan ku benar itu ayah . Malam itu ayah langsung membawa ibu ke Ruamah sakit terdekat .
Ke esokan hari, semua keluarga ku berencana menjenguk ibu ku .Sorenya kami berangkat memekai mobil paman ku . Hati ku berdebar penuh harap saat hendak sampai , tapi tiba-tiba mobil kami balik arah kembali kerumah dan perasaan ku mulai tidak enak .Bayangan ibu ku selalu muncul dalam pikiran ku ,dalam perjanan, seribu pertanyaan muncul dalam benakku  .
Setelah sampai di rumah, pelukan erat tanteku mengejutkan ku . Dengan berlinang air mata ia berkata padaku “nisa..... nak , kamu sama adik-adik kamu ,,, kalin  tidak akan sendiri, tante akan selalu ada di samping kalian,, kalian .... kalian .” suaranya terhenti dan air mata semakin deras keluar dari matanya yang sudah sembab , aku menatap mata sembab nya dan berkata “ tan ,, tante kenapa ?”  ia berbalik menatap mata ku “nis ,,, ibu kalian mening.....gal.”  Ucapan itu terasa singkat dan menusuk hati paling dalam , mataku merah,  semua sendiku terasa kaku ,air mataku deras mengalir , teriakan ku menggelegar bagai gemuruh “ IBU...............IBU.............IBU..............” .
Seminggu masih kulalui dengan tangis yang masih selalu membasahi pipiku , tapi setelah itu aku dan adik-adik bisa beraktifitas seperti biasa meskipun masih sering teringat dengan almarhumah ibu. Satu taun kemudian aku lulus SD dan melanjutkan ke SMP deket desa ku ,tapi tidak untuk adikku yang paling kecil yang baru masuk sekolah dan langsug harus jauh dari keluarganya . Dia akan sekolah ples mondok di luar provinsi .Aku merasa ayah ku telah membuang adikku dan menelantarkannya . Tapi tidak , itu semua demi kebaikan bersama, karena setelah itu ayah ku merantau ke negri jiran untuk menghidupi kami semua .Dengan pengorbanan itu akhirnya kami semua bisa hidup berkecukupan dan sekolah dengan baik .
Tiga taun kemudian aku lulus SMP dengan nilai pas pasan . aku menyusul adikku untuk belajar plus mondok di Jogja .Di sini aku membangun hidup baru , menjadikan kenangan yang lalu menjadi kekuatan ku , pedoman hidup ku agar menjadi lebih baik .
                                                                                                                        By:yayah@khoir



2 komentar:

  1. ibu memang telah tiada...
    tapi nasehat, kasih sayang yang pernah tercurah darinya tak akan pernah terlupakan
    tak cukup hanya menjadi kenangan
    namun akan menjadi pedoman juga
    bahwa nasehat ibu, akan selalu berguna...
    lalu ayah,,
    dia tidak akan pernah membiarkan lilin-lin kecilny meredup atau bahkan mati
    ia akan berusaha agar lilin-lin kecilnya bisa tetap bercahaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul,,,, betul,,,betu,,,,
      my parents are the best for me

      Hapus

Design by FThemes | Blogger Theme by Lasantha - Premium Blogger Templates
NewBloggerThemes.com